Labels

Rabu, 14 November 2012

Pengajian Tuna Rungu

Di Jetis Wonokromo Surabaya ada sebuah masjid LDII setempat memiliki pengajian khusus, yaitu pengajian yang diperuntukkan bagi tuna rungu pengajian yang tentu menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa penghubungnya, para tuna rungu terlihat sangat antusias dalam mengikuti pengajian tersebut itu terlihat dari wajah mereka yang sangat menikmati acara dan ini mungkin tidak dijumpai di tempat lain yang mana batas-batas perbedaan sosial dapat dipisahkan, mungkin suatu saat Baitul Makmur menjadi inspirasi di tempat-tempat lain walau meskipun pesertanya adalah sebuah sekolah SLB dan semoga saja pengajian ini menjadikan inspirasi juga bagi para tuna rungu bahwa mendalami agama pun bisa dengan keterbatasan yang mereka miliki karena ilmu adalah hak semua orang dan tiada batas peruntukannya dan bila mungkin ada sanak saudara yang ingin belajar mengenai islam dan terkendala karena mengalami tuna rungu, Baitul Makmur siap membantu bisa langsung datang ke lokasi pengajian atau menghubungi takmir masjid Baitul Makmur no telp : 0318288353


http://metrotvnews.com/wideshot/videos/6001/pengajian-tuna-rungu,-sentuhan-sederhana-untuk-mereka

Rabu, 07 November 2012

Andap - asor

Andap - asor
 
Perasaan saya, dari kecil tak pernah punya rasa sombong. Bagaimana mau sombong, wong dari kecil jadi bulan – bulanan terus oleh teman sebaya. Ampun. Nyerah deh. Yang penting nyari selamat. Gede sedikit, mendapat tekanan dari yang lebih tua. Di sekolah maupun di luar sekolah sama. Walhasil perasaan sombong itu tak sempat tumbuh. Layu sebelum berkembang. Yang ada hanya bagaimana mencari tempat yang nyaman.
 
Setelah badan tumbuh gede, kala masuk SMP misalnya, nalar sudah jalan. Dan tanggapan lingkungan pun mulai berubah. Tak ada lagi penindasan. Mereka tampak baik dan manis. Penuh kerja sama tanpa ejekan dan hinaan. Mau balas dendam, tak kesampaian. Niat – niat jelek pupus. Urung jadinya. Dan perasaan sombong itu pun tak punya kamar berkembang di masanya. Namun keinginan terus menjelajah muncul luar biasa. Mungkin itulah yang disebut darah muda.
 
Semasa SMA mulai menebar ancaman. Dengan fisik yang kuat, nalar yang cermat pengin melakukan hal – hal gila dan luar biasa. Tidak untuk nyombong, Cuma cari perhatian saja. Baik ke khalayak maupaun lawan jenis. Beruntunglah, hal itu tidak berlanjut. Selain orang tua saya memberikan arahana yang tepat, di waktu yang tepat, saya mulai belajar mengaji. Di situlah akhirnya saya ketemu definisi sombong dengan dimensi yang berbeda, namun lengkap sudah. Roddun haq waghomtun nas – menolak barang hak dan meremehkan manusia.
 
Menolak barang hak itu terkait hati masing – masing dengan petunjuk atau perintah Allah sebagai Sang Pencipta. Menerima atau menolak. Bisa menjalankan apa tidak. Namun untuk meremehkan manusia terlalu luas spektrumnya. Beruntung beberapa hal telah membantu saya untuk tidak sombong dengan meremehkan sesame manusia. Wajah misalnya, juga tidak tampan – tampan amat, sehingga tidak bisa nyombong karena kegantengannya. Jauhlah sama Nabi Yusuf AS. Sama Dede Yusuf saja kalah. Kalau mau nyombng dengan kepintaran juga gak. Sebab IPK-nya pas – pasan. Yang penting bisa lulus. Jauh dari prestasi Sangat Memuaskan atau Cumlaude. Yang ada di ranah kemelut. Harta, Allah paring  juga seadanya saja. Kecukupan. Rumah misalnya, mewah gak, jelek juga gak – itu kata anak saya.  Jabatan juga gak tinggi – tinggi amat. Biasa saja. Karena giliran, jadilah sekarang Ketua RT. Itu saja. Jadi ukuran tahta, harta dan wanita, tidak ada yang bisa digunakan untuk nyombong.
 
Walau begitu dalam perjalanannya, tetap saja 3 ta itu bisa muncul ke muka dan menjelma menjadi kesombongan yang menggila. Dalam situasi kalut, galau atau genting, semua digunakan sebagai sumber daya. Tanpa berhitung ini masuk wilayah hukum atau hanya kemashlahatan saja. Beruntunglah dalam keadaan seperti itu, saya diajarkan satu hal lagi dalam islam ini yaitu tentang ketawadhu’an. Andap asor. Rendah hati. Namun, sebab dengan latar yang sering dimarjinalkan, kadang susah membedakan ini tawadhu atau tertindas belaka.
 
Dalam pergumulan selanjutnya, diajarkanlah dalil – dalil dan cerita agar bisa menumbuhkan rasa tawadhu yang benar. Bukan sebagai ketertindasan tetapi sebagai akhlaquk karimah. Kemulyaan. Dalam Sirah Umar bin al-Khaththab karya Ahmad at-Taji  ada kisah keteladanan masalah ini. Alkisah, Jablah bin Aiham, raja dari Kerajaan Gassanah melakukan perjalanan ke Madinah. Menurut para sejarawan, ia datang bersama rombongan ke kota suci kedua bagi umat Islam itu untuk masuk Islam. Begitu sampai di Madinah, rombongan itu diterima dengan penuh suka cita oleh Khalifah Umar bin Khathab.

Saat musim haji tiba, Jablah menunaikan haji bersama Umar. Saat ber-tawaf, sarung raja Gassanah itu terinjak hingga terlepas. Jablah pun murka dan memukul lelaki yang menginjak sarungnya hingga berdarah. Pria yang berasal dari suku Fuzarah itu mengadu kepada Umar.

"Mengapa kamu memukul lelaki ini?" tanya Umar. "Dia telah menginjak sarungku hingga terlepas," jawab Jablah. Umar berkata, "Bukankah kamu telah menyatakan masuk Islam? Sebagai balasannya, kamu harus berusaha membuatnya rela atau dia melakukan tindakan seperti tindakan yang telah kamu lakukan terhadapnya."

Dengan penuh kesombongan, Jablah berkata, "Apakah hal ini pantas aku lakukan! Aku adalah raja, sedangkan dia adalah rakyat jelata." Umar dengan tegas berseru, "Islam memandang sama antara dirimu (raja) dan dirinya (rakyat jelata). Tidak ada hal yang membuatmu memiliki derajat lebih tinggi daripada dia, selain amal kebaikan."
"Demi Allah, aku masuk Islam dan berharap dapat menjadi lebih mulia daripada masa jahiliah."
Umar berkata, "Kamu akan seperti itu." Jablah berkata, "Tangguhkanlah aku sampai besok agar aku dapat berpikir tentang hal ini, wahai Amirul Mukminin." Umar berkata, "Silakan."

Namun pada malam hari, Jablah dan rombongannya malah melarikan diri hingga sampai di Konstantinopel dan bertemu dengan Heraklius. Ia tak mau bersikap tawadhu dan memilih keluar dari ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat.

Thus, saya jadi berfikir lebih dalam lagi, benarkah saya sudah memiliki ini dengan sebenar – benarnya? Akh, harus terus dicari dan mencari.
Tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya, karena menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT, sehingga tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan. Tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal hanya karena Allah. Terutama menjaga salah arti dari kebaikan yang telah kita beri. Susah bro!
 
Iyadh bin Himar ra. berkata: Bersabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku: "Bertawadhulah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.” (HR. Muslim).
 
Rasulullah SAW bersabda: yang artinya "Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat izzah) oleh Allah. (HR. Muslim).
 
Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat. Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat tawadhu’ tapi tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin. Beliau SAW datang sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan dari para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya SAW telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau SAW yang mulia segera menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 dari Abu Mas’ud al-Badariiy)
 
Semoga kita terhindar dari kesombongan dan memiliki sikap tawadhu yang mendalam.
 
Oleh Faizunal Abdillah

Jumat, 14 September 2012

Hal Sederhana

Senyuman   


Sarana paling besar yang dilakukan Muhammad SAW dalam dakwah dan perilaku beliau adalah, gerakan yang sederhana, tidak membutuhkan biaya besar, tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari dua bibir yang merekah, untuk selanjutnya menghunjam masuk ke relung kalbu yang sangat dalam. Jangan ditanyakan efektifitasnya. Akal dan pikiran padang, kesedihan hilang, jiwa jadi bersih, menghancurkan tembok penghalang di antara anak manusia! Itulah ketulusan yang mengalir dari dua bibir yang bersih: senyuman!


  Itulah senyuman yang direkam Al Qur’an tentang kisah Nabi Sulaiman as, ketika Ia berkata kepada seekor semut, “Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku gerakkanlah diriku untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. An Naml:19
 
Senyuman itulah yang senantiasa keluar dari bibir mulia Muhammad SAW dalam setiap perilakunya. Beliau tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya. Saat beliau menahan amarah atau ketika beliau berada di majelis peradilan sekalipun.
 
Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah SAW tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”
 
Suatu ketika Muhammad SAW didatangi seorang Arab Badui, dengan serta merta ia berlaku kasar dengan menarik selendang Muhammad SAW sehingga leher beliau membekas merah. Orang Badui itu bersuara keras, “Wahai Muhammad, perintahkan sahabatmu memberikan harta dari Baitul Maal! Muhammad SAW menoleh kepadanya seraya tersenyum. Kemudian beliau menyuruh sahabatnya memberi harta dari baitul maal kepadanya.”
 
Ketika beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang terlambat dan tidak ikut serta dalam perang Tabuk, beliau masih tersenyum mendengarkan alasan mereka. Ka’ab ra. berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang munafik dan sumpah palsu mereka: “Saya mendatangi Muhammad SAW, ketika saya mengucapkan salam kepadanya, beliau tersenyum, senyuman orang yang marah. Kemudian beliau berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau dan duduk di depan beliau.”
 
Suatu ketika Muhammad SAW melintasi masjid yang di dalamnya ada beberapa sahabat yang sedang membicarakan masalah-masalah jahiliyah terdahulu, beliau lewat dan tersenyum kepada mereka. Beliau tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai akhir detik-detik hayat beliau. Anas bin Malik berkata diriwayatkan dalam sahih Bukhari dan Muslim, “Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di hari Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu mereka dikejutkan oleh Muhammad saw. yang membuka hijab kamar Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin sedang dalam shaf shalat, kemudian beliau tersenyum kepada mereka!” Sehingga tidak mengherankan beliau mampu meluluhkan kalbu sahabat-shabatnya, istri-istrinya dan setiap orang yang berjumpa dengannya!
 
Nabi Muhammad SAW telah meluluhkan hati siapa saja dengan senyuman. Beliau mampu “menyihir” hati dengan senyuman. Beliau menumbuhkan harapan dengan senyuman. Beliau mampu menghilangkan sikap keras hati dengan senyuman. Dan beliau mensunnahkan dan memerintahkan umatnya agar menghiasi diri dengan akhlak mulia ini. Bahkan beliau menjadikan senyuman sebagai lahan berlomba dalam kebaikan. Rasulullah SAW  bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” (Rowahu At Tirmidzi dalam sahihnya).
 
Meskipun sudah sangat jelas dan gamblang petunjuk Nabi dan praktek beliau langsung ini, namun masih banyak terlihat sebagaian manusia masih berlaku keras terhadap anggota keluarganya, tehadap rumah tangganya dengan tidak menebar senyuman dari bibirnya dan dari ketulusan hatinya. Sebagian manusia -karena bersikap cemberut dan muka masam- mengira bahwa giginya bagian dari aurat yang harus ditutupi!
 
Para pakar dari kalangan muslim maupun non muslim melihat seuntai senyuman sangat besar pengaruhnya. Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana Anda Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia” menceritakan: “Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.”
 
Ia melanjutkan, “Saya minta setiap mahasiswa saya untuk tersenyum kepada orang tertentu sekali setiap pekannya. Salah seorang mahasiswa datang bertemu dengan pedagang, ia berkata kepadanya, “Saya pilih tersenyum kepada istriku, ia tidak tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah saya menemukan kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya rasakan sepanjang akhir tahun-tahun ini. Yang demikian menjadikan saya senang tersenyum setiap kali bertemu dengan orang. Setiap orang membalas penghormatan kepada saya dan bersegera melaksanakan khidmat -pelayanan- kepada saya. Karena itu saya merasakan hidup lebih ceria dan lebih mudah.”
 
Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan, “Ingatlah, bahwa senyum tidak membutuhkan biaya sedikitpun, bahkan membawa dampak yang luar biasa. Tidak akan menjadi miskin orang yang memberinya, justeru akan menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak memerlukan waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan sampai akhir hayat. Tidak ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan tidak ada seorang kaya pun yang tidak membutuhkannya.”
 
Pengalaman membuktikan bahwa dampak positif dan efektif dari senyuman, yaitu senyuman menjadi pendahuluan ketika hendak meluruskan orang yang keliru, dan menjadi muqaddimah ketika mengingkari yang munkar. Orang yang selalu cemberut tidak menyengsarakan kecuali dirinya sendiri. Bermuka masam berarti mengharamkan menikmati dunia ini. Dan bagi siapa saja yang mau menebar senyum, selamanya ia akan senang dan gembira. Ya, senyum yang tulus dan penuh penghambaan.
 
sapmb ajkh
 
salam,
pf

Kamis, 30 Agustus 2012

Ibu

Gmbr.diagnis.blogspot.com
Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah ? Sudah pasti jawabannya adalah : ke-ha-mi-lan. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: po-si-tif.
Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar.
 
 
Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak. Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan.
 
"Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil. Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil. Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, demi anak.
 
Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu anak; 2. Uang sekolah anak. Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya.
Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.
 
Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.
 
Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke kampus. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di kampus.
 
Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"
 
Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya.
 
Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".Terima kasih buat ibu dan ayahku yang telah membesarkan aku dari kecil sampai sekarang.
 
Oleh: m4n5ur@yahoo.com

Kamis, 02 Agustus 2012

Ramadhan

Menghitung salam

By Mbah Google
 
 
Awal ramadhan terlihat guyup itu biasa. Masjid – masjid jadi rame itu wajar. Surau – surau jadi gemerlap itu selayaknya. Mushalla – mushalla berhias benderang menantang. Ramadhan memang membawa perbedaan.
 
Shaf – shaf penuh itu perlu. Barisan – barisan tegak-lurus itu baku. Dan bacaan- bacaan imam yang nyaring – merdu, mengusir debu - debu dosa dan datangnya pahala berlipat - lipat. Ramadhan datang membawa pesan kedamain. Rahmat seluruh alam.
Hingga anak – anak pun riang menyambutnya. Mereka berkicau. Meramaikan suasana. Berteriak, berlari. Hilir mudik kesana – kemari. Ada juga yang berbaris rapi, tapi menyendiri dengan alam pikirannya. Maka ia pun tak peduli ketika selesai salam berbincang dengan rekan di sebelahnya.
 
“Kurang berapa lagi?”
“Lima,” kata teman sebelahnya yang lebih tua.
 
Kemudian imam berangkat, melaju rekaat demi rekaat. Tanpa peduli dengan dialog mereka. Demikian juga dengan yang lain. Namun, setiap kali mendapat 2 rekaat dan terdengar salam, pertanyaan serupa terulang dari mulut – mulut kecil itu. Seolah tak sabar. Dan hitungan mundur tentunya mewarnai jawaban itu. Mengharap kapan selesai untuk segera bermain atau menikmati acara selanjutnya. Maklum namanya juga anak – anak.
 
“Berapa lagi?”
 
“Empat.”
 
Entah angin dari mana, ide dari siapa, tiba – tiba jiwa dan pikiran saya tertarik dengan perbincangan anak-anak itu.  Aku cuma melirik dan mesem –mesem memperhatikannya. Namun seperti hembusan angin semilir kipas di masjid itu, tiba – tiba muncul kesadaran luar biasa dalam diri saya. Sebuah pencerahan. Maka, pikiran pun berlari menjemput dalil man qoma ramadhan imanan wahtisaban.
 
Dari Abu Huroiroh RA, dia berkata: bersabda Rosulullah SAW: “ Barangsiapa melakukan Qiyamu Romadhon dengan iman dan mencari pahala, maka diampuni dosanya yang telah lewat.” (Shohih Muttafaqun Alaih)
 
Saya mencoba mengungkapkan dengan kata – kata, tapi rasanya sulit sekali. Begitu padang cahaya pencerahan itu. Jembar sekali memenuhi hati. Luas, seakan menampung jamaah se masjid malam itu. Dalil itu begitu sempurna untuk merontokkan sikap arogan. Begitu indah untuk dijalankan. Diimani, diyakini dan dilaksanakan. Dan sikap anak – anak di atas tadi sebagai pemicunya. Bukankah kita yang dewasa juga melakukan hal yang sama? Menghitung rekaat demi rekaat setiap waktu? Malu? Ya, saya juga melakukan hal serupa. Bedanya, orang dewasa tidak mengungkapkannya. Hanya dilakukan di dalam hati. Jadi, dimana letak imanan wahtisaban sebagaimana tersebut dalam dalil di atas tadi?
 
Sudah lebih dari 35 kali saya menjumpai Ramadhan. Jatuh bangun berpuasa dan taraweh selayaknya. Namun baru kali ini merasakan hal yang beda. Yang mengusik jati keimanan. Mempertanyakan pucuk kesungguhan. Dimana secara jujur saya akui masih didominasi dengan menghitung rekaat dan salam ketika taraweh berjalan. Persis seperti anak – anak tadi.
 
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Al-Hadiid 16)
 
Bukankah seharusnya shalat tarawih itu penuh kekhusyuan? Bukankah bercakap dan berbincang dengan Allah adalah hal yang menyenangkan? Bukankah keihsanan itu penuh keindahan? Apalagi jika harapannya adalah diampuna dosa – dosa yang telah lewat. Apakah yang saya lakukan seperti itu cukup? Subhanallah…
 
Saya pun mematung. Mengukur diri. Walau besar harapan untuk mencapai ampunan itu dengan imanan wahtisaban. Tetapi rasanya masih jauh. Khusyu belum, ihsan kurang, hati grambyang iya, pun suka menghitung – hitung salam. Diujung sana telah menunggu titah Tuhan bagi orang iman macam saya; Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS Faathir:32)
 
Mudah-mudahan tidak termasuk di dalam golongan dholimu linafsih. Dan rasanya sekarang waktunya untuk berbenah. Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane. Merajut kekhusyu’an. Merenda keindahan. Menjalin kedamaian. Memantapkan ihsan. Membuang menghitung – hitung salam. Menuju fastabiqul khairat. Imanan wahtisaban.

Rabu, 25 Juli 2012

Masjid Pohon

Jakarta - Hampir semua masjid yang ada di Arab Saudi diberi nama sesuai dengan tragedi yang terjadi di masjid tersebut. Salah satunya adalah Masjid Pohon yang ada di Makkah. Masjid ini dulu menjadi saksi terbangnya sebuah pohon.

Masjid Pohon atau yang lebih dikenal dengan Masjid Syajaroh memang cukup istimewa. Saat pertama kali mendengar nama ini, mungkin di benak Anda terpintas pikiran sebuah masjid yang berdiri di atas sebuah pohon, atau pun masjid dengan bangunan yang didominasi dengan kayu.

Nyatanya, Masjid Pohon hanyalah sebuah masjid biasanya yang dibangun menggunakan semen dan bahan bangunan lainnya. Lalu kenapa dinamakan Masjid Pohon? Sebuah kisah menakjubkan melatarbelakangi penamaan masjid.

Sejarah Islam mengatakan dulu di dalam masjid yang berhadapan dengan Masjid Al Jin ini, berkumpul para jin kafir. Mereka sengaja datang untuk bertemu Nabi Muhammad SAW.

img

masjid-baitullah.blogspot.com

Para jin datang untuk mempertanyakan dan meminta bukti atas kerasulan Rasulullah SAW. Kemudian, Rasul pun memanggil sebuah pohon yang berada tak jauh dari masjid untuk datang menghampiri mereka. Atas izin Allah, pohon ini tercabut dari tanah dan datang menghampiri Rasul. Setelah itu Rasulullah memerintahkannnya kembali, sang pohon pun kembali lagi ke tempat asalnya.

Kawanan jin yang melihat ini pun mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW dan memeluk agama Islam. Atas mukjizat memanggil pohon inilah, masjid ini diberi nama dengan Masjid Syajaroh atau Masjid Pohon.

Saat ini, Masjid Pohon menjadi destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi para umat Muslim saat berkunjung ke Tanah Suci. Selain cerita yang melatarbelakangi penamaan masjid, Masjid Pohon juga dikunjungi untuk mengagumi mukjizat Nabi Muhammad SAW.

http://travel.detik.com/read/2012/07/25/095241/1974128/1383/

Selasa, 26 Juni 2012

"Pancasila 2.0; Inisiasi LDII Membumikan Pancasila"

dialog pancasila oleh ldiiMomentum untuk menggaung-gaungkan lagi semangat “ber Pancasila” telah ditandai dengan inisiasi dari Majelis Permusyawaratan Rakyat RI dengan mensosialisasikan 4 pilar bangsa.  Kemudian diperkuat dengan sebuah karya besar cendikiawan dan sejarawan muda Indonesia, Dr. Yudi Latif yang menuliskan karyanya yang berjudul “Negara Paripurna; Historitas, Rasionalitas dan Aktualitas”.
Tahun-tahun berikutnya berbagai elemen bangsa dengan tema masing-masing membuat berbagai forum terkait dengan Pancasila.  Sebuah rangkaian orkestra yang jika dipadukan dengan aksi nyata Pancasilais Indonesia tentulah dapat membangkitkan harapan bahwa Pancasila dapat terus dijadikan pegangan seluruh elemen bangsa agar cita-cita pendiri negeri ini dapat terwujud, Indonesia adil makmur sejahtera dalam kerangka kebhinekaan.
Inilah yang menjadi latar belakang Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menginisiasikan Pancasila 2.0.  Dalam dunia Cyber, penggunaan kode 2.0 jamak digambarkan sebagai tahapan bahwa sebuah aplikasi sudah “matang” dan interaktif, sudah melibatkan usernya sebagai bagian dari proses pemanfaatan aplikasi tersebut.  Inilah yang hendak diterjemahkan oleh LDII bahwa dengan Pancasila 2.0, LDII sudah siap untuk membangun interaksi yang nyata antara konsep yang terkandung dalam Pancasila dengan kiprah dirinya sebagai organisasi kemasyarakatan untuk mendukung cita-cita bangsa.  Contoh nyata peluang untuk menginteraksikan Pancasila dapat dilakukan oleh LDII melalui ribuan da’i yang dimiliki oleh LDII yang tersebar di ribuan masjid dan majelis taklim di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
 Pengayaan akan materi Pancasila yang down-to-earth diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para audiens dalam menyikapi kondisi kekinian bangsa dengan terus tetap mempertahankan semangat persatuan dalam perbedaan yang saat ini telah semakin terkikis.

Untuk itulah, DPP LDII pada tanggal 28 Juni 2012 akan menyelenggarakan Seminar "Pancasila 2.0 ; Membangun Interaksi untuk Keutuhan Negeri".  Seminar ini merupakan rangkaian dari Seri Dialog Kebangsaan yang secara rutin diselenggarakan oleh DPP LDII.  Seminar ini insya Alloh akan menghadirkan Pembicara DR. Yudi Latif dari REFORM Institute, Prof. DR. Muladi, SH-Mantan Gubernur Lemhanas, Wahyu Muryadi-Pemred Majalah TEMPO, Budiarto Shambazy-Redaktur Senior KOMPAS, Mientarsih Muntoro-Anggota DPR RI dan Prof. Dr. Dody Sutanto-Staf Ahli KASAD bidang Wawasan Kebangsaan dan Pancasila.

Melalui seminar ini diharapkan adakan tercetus gagasan desain mengimplementasikan Nilai-Nilai Pancasila ditengah kondisi bangsa yang sedang memprihatinkan saat ini.  LDII akan mengambil posisi terdepan dalam membumikan Pancasila demi keutuhan dan ketercapaian cita-cita bangsa (rb).

Selamat Semoga acara berjalan sesuai seperti yang diharapkan

Sumber http://www.ldii.or.id

Jumat, 25 Mei 2012

Titik Rendah Musik

Waktu itu, kalau tidak salah, saya baru selesai kuliah dan ikut pesantren di Jawa Timur. Kami belajar banyak dalil tentang cara kita menjalani hidup, bahwa laki-laki tidak boleh memakai sutra dan emas, bahwa riba itu sungguh jelek, bahwa kita harus berbuat baik pada tetangga walau beda agama, bahwa tidak boleh membicarakan kejelekan orang lain, dan masih banyak lagi.
Tapi ada satu hadits yang membuat saya langsung merinding dan sepertinya keringat dingin. Tiba-tiba hawanya seperti menjadi panas. Hadits ini betul-betul menohok saya. Diriwayatkan dari Abu Daud (4927): Lagu menumbuhkan kemunafikan dalam hati. Deg! Kena banget.
Selama ini saya hidup dengan musik. Belajarpun sering pakai musik. Malah waktu sekolah dulu, saya pengikut setia Prambors Top 40 (lagu berbahasa inggris semua) yang list-nya berubah tiap minggu. Saya tahu semua lagu yang lagi hit. Saya selalu punya liriknya yang dulu saya cari di warnet (waktu itu bahkan saya belum punya email, satu-satunya tujuan ke warnet cuma untuk cari lirik). Teman-teman sering menjadikan saya referensi nyari lirik lagu baru. Saya marah pada Ayah yang memaksa saya mematikan kaset Betrayer, band punk lokal. Saya ikut pensi (pentas seni) dan maju paling depan, ikut moshing!
Sebegitunya sampai-sampai sepertinya saya tidak bisa hidup kalau tidak mendengarkan musik. Munculnya hadits di atas, begitu tajam buat saya. Saya deg-degan setelah hadits itu dibacakan.
Tanpa pikir panjang, setelah pengajian siang itu, saya buka laptop, klik kanan di folder musik, delete! Semua koleksi musik hilang dalam beberapa detik.
Iqbal hidup tanpa musik? Sepertinya tidak mungkin. Tapi saya coba. Setahun, dua tahun, sekarang sudah jalan tahun ketiga saya tanpa menikmati musik. Saya hanya dengar musik yang membuat profokatif positif dan saya sangat hati-hati dengan liriknya. Itupun sangat jarang, lima menit sehari belum tentu.
Fine-fine aja tuh. Tidak ada pegal linu karena tidak mendengarkan musik. Tidak ada kehilangan inspirasi dalam menulis (profesi saya penulis). Semua berjalan seperti biasa. Malah saya merasa lebih produktif karena tidak ada rebahan berjam-jam hanya untuk mendengarkan musik. Tidak ada seharian nongkrong di depan MTV.
Sesekali memang saya terpaksa dengar musik bebas, pas lagi naik angkot yang nyetel musik, pas lagi nonton film/video yang ada backsound musiknya, pas lagi mau bahas sesuatu (seperti membuat tulisan ini) atau yang semacam itulah. Tapi itu tidak banyak, dan tidak dinikmati. Entah kenapa saya tidak berhasrat lagi dengan musik. Saya sangat mensyukuri itu. Melepas musik tidak sesulit yang dibayangkan.
Beberapa waktu kemudian, saya menemukan beberapa dalil lagi yang kontra dengan adanya musik:
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah padanya dengan azab yang pedih.” (QS Luqman 6-7)
Perut yang dipenuhi nanah busuk itu lebih baik daripada dipenuhi syair (Muslim 2257).
Belakangan ini saya semakin antipati dengan musik, setelah mengikuti pembahasan teori konspirasi lewat media, termasuk lewat musik. Mereka itu jahat sekali. Intinya mereka mau menyisipkan ideologi jelek mereka bahwa agama itu tidak perlu. Doktrin-doktrin negatif dimasukkan dalam lirik yang dikemas dengan instrumen yang nyaman sehingga orang menyanyikannya dengan nikmat tanpa peduli dengan liriknya. Saya coba buka beberapa:
N’sync. Lirik dalam salah satu lagunya: We don’t need all these prophecies (kami tidak butuh semua ramalan ini). Tellin’ us what’s a sign (memberitahukan kita tanda-tandanya: akhir zaman). Paranoia ain’t your way (ketakutan bukan cara menjalani hidupmu). So leave your doubt and your fears behind (jadi tinggalkan keraguan dan ketakutanmu di belakang). Don’t be afraid at all (jangan takut sama sekali). Cause up in outer space there’s no gravity to fall (kerena di luar angkasa tidak ada gravitasi yang bisa menjatuhkan). Pesannya: lupakanlah ramalan-ramalan yang cuma nakut-nakutin itu, selamat datang ke dunia tanpa konsekuensi.
Eminem. Dalam lagu Roll Model, liriknya: Follow me and do exactly what the song says (ikuti aku dan lakukan tepat apa yang dikatakan lagu ini). Smoke weed, take pills, drop outta school, kill people and drink (hisaplah ganja, minumlah narkoba, keluarlah dari sekolah, bunuhlah orang, dan mabuklah).
Spice girl. Liriknya: Make your own rules to live by (buatlah aturan sendiri untuk menjalani hidup). Come on do it! (ayo lakukan!).
John Lennon. Propaganda John Lennon dalam lagu berjudul Imagine: Imagine there’s no heaven (bayangkan kalau tidak ada surga). It’s easy if you try (itu mudah jika kamu mencobanya). No hell below us (tidak ada neraka di bawah kita). Above us only sky (di atas kita hanya langit)... No religion too (tidak ada agama juga).
Sebelum kematiannya, John, seperti yang dikutip The Playboy 1980, mengatakan: The whole Beatle idea was to do what you want, right? Do what thou wilst, as long as it doesn’t hurt somebody (semua ide tentang Beatles adalah untuk melakukan apa yang kamu inginkan, kan? Lakukan apa kehendakmu selama itu tidak melukai orang lain).
Kurt Cobain. Katanya, God is guy (gak sanggup nerjemahinnya!). (I will) get stoned and worship satan (aku akan mabuk dan menyembah setan).
Lady gaga. Ini yang lagi heboh belakangan. Gampang nyari lirik dia yang nyeleneh.
Anda salah kalau berpikir, itu kan hanya musik, kalau kita ikut nyanyiin gak mungkin ikut-ikut begitu.
Pernah dengar Professor Masaru Emoto dari Jepang yang meneliti perubahan bentuk molekul air ketika dibacakan kalimat positif dan negatif? Molekul akan berubah menjadi bagus ketika dibacakan kalimat positif, dan sebaliknya. Teori sepertinya juga bisa menjelaskan kenapa kita dilarang bego-bego-in anak kecil (mengatakan “bego lu!” atau semacamnya ke anak kecil), karena otak si kecil akan mengolahnya untuk menjadi seperti yang orang lain katakan. So watch out your mouth!
Satanis Rex Church mengatakan bahwa satanis menggunakan musik sebagai senjata propaganda. “Art... musik... writing....” katanya.
Dr. Joe Stussy, dalam pernyataannya pada kongres Amerika tahun 1985 mengatakan, “Para ahli berpendapat, ketika pikiran sadar menyerap dan memahami pesan-pesan yang terlihat dan terdengar, pikiran bawah sadar bekerja untuk menguraikan pesan-pesan tersembunyi.”
Eminem pernah mengakui bahwa banyak lirik lagunya yang dimaksudkan untuk menekan “tombol” pendengarnya. Di suatu malam, ada yang menelepon 911, namanya Michael Miller (29 tahun), dia mengaku baru saja menusuk putranya 11 x dan membunuh istri dan putrinya. Itu dia lakukan dalam keadaan kesurupan, sadar ketika semuanya telah berlumuran darah. Dia mengaku pada polisi bahwa sebelumnya dia menyanyikan lirik Eminem: Here come satan, I’m the antichrist (Dajjal), I’m going to kill you!
Etcetera... etcetera...
Just be careful with your choices!

Oleh Muhammad Iqbal 
 iqbal_uhuiiyy@yahoo.com

Selasa, 22 Mei 2012

Kontroversi Lady Gaga

Lady gaga (tengah)
“Para ahli berpendapat, ketika pikiran sadar menyerap dan memahami pesan-pesan yang terlihat dan terdengar, pikiran bawah sadar bekerja untuk menguraikan pesan-pesan tersembunyi.” (Dr. Joe Stussy, dalam pernyataannya pada kongres Amerika, 1985).
Kemarin sore (19 Mei), TV One dan Metro TV menampilkan tayangan yang tidak berimbang. Mereka memperbincangkan lady gaga. TV One menampilkan seorang musisi besar, sementara Metro TV menghadirkan dua perwakilan promotor musik. Si musisi besar bilang, “Perkembangan musik kita terhambat karena hal-hal yang gak penting begini (penolakan lady gaga)....”
Semuanya pro dengan kehadiran si lady. Presenternya yang mencoba netral jadi keseret-seret ikut pro kedatangan lady gaga. Tidak ada satupun pihak yang kontra dengan kedatangan si lady, padahal judul beritanya “kontroversi Lady Gaga”.
Cerita lain tentang ketidakberimbangan media mainstream, beberapa hari sebelumnya, Indonesia Lawyer Club (TV One) membahas lady gaga. Di sini orang-orang yang hadir memang dari dua kubu: pro dan kontra. Beberapa petinggi FPI dan ulama dihadirkan. Karni Ilyas memberikan kesempatan yang sama banyak untuk kedua kubu bicara, tapi kesimpulan yang diberikan Karni Ilyas tidak berimbang. Dalam closing, Karni membawakan salah satu hadits Bukhori: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia tidak menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata-kata yang baik atau hendaklah ia diam."
Dalam ilmu jurnalistik, pembuka dan penutup tulisan punya pengaruh besar. Pembuka tulisan berfungsi menangkap pembaca agar terus membaca sampai tulisan habis, sementara penutup tulisan akan menjadi semacam kesimpulan yang kita harapkan akan diterima pembaca. Teori ini juga berlaku dalam acara Karni. Secara tidak langsung, Karni mengatakan bahwa orang beriman itu memuliakan tamunya, termasuk lady gaga yang harus disambut dengan baik.
Karni salah konteks dalam hal ini. Betul bahwa tamu dan tetangga harus dimuliakan dan tidak boleh disakiti, tapi tamu dan tetangga yang bagaimana? Zaman Nabi dulu, muslim yang tidak ikut sholat subuh berjamaah saja dibakar rumahnya. Kira-kira bagaimana dengan tetangga yang lesbian, yang auratnya diumbar, yang menyiarkan lirik-lirik syirik?
Lalu si tetangga gak bener ini bilang, “Bos, gue mau nyanyi dan joget-joget di rumah lo dong. Gue emang lesbian dan di lirik gue emang pro lesbian, tapi gak apa2 lah, orang rumah lo gak akan banyak yang mikir ke situ. Yang mikir ke situ akan kalah dengan yang gak mikir ke situ. Mereka sudah terlanjur suka suara dan koreografi gue. Pas gue nyanyi ‘No matter gay, straight, or bi, Lesbian, transgendered life. I’m on the right track baby, I was born to survive’ mereka bakal ikut nyanyi, mungkin bakal teriak lebih kenceng dari gue, hahaha. Pokonya kemasannya bagus deh. Gue kan dapet grammy lima kali, masak gak bagus? Pas manggung, gue akan buka baju sedikit, kayak gak tau gue aja....”
Apa kita akan jawab begini: Ohya, silakan.. silakan masuk. Semua tamu bebas masuk sini, mau nyanyi apa aja bebas, yang liriknya gak bener juga kita terima, sambil pake baju minim pun oke. Yang penting kita bisa nyanyi dan joget bareng. Ini pasti laku! Gue jual tiketnya duluan deh, izin ke Pak Hansip belakangan.
Kalau iya, wah, berarti agama sudah kalah dengan paham liberal. Kalah juga dengan Cina dan Korsel yang berani nolak si lady.
Saya juga jengah dengan beberapa komentar pengalih:
“Ngapain ngurusin lady gaga, itu dangdutan di kampung-kampung sawerannya malah lebih ngeri lagi masukin duitnya lewat mana.”
“Kalau karena porno, lah itu di Youtube kurang porno apa coba? Ngapain ngelarang2 kita. Tutup aja dulu youtube!”
“Ah, udah deh, urus diri sendiri aja dulu, nafsi nafsi aja lah....”
“Gak usah ngurusin kita, urusin tuh koruptor....”
“Apa kalau masuk little monster (nama fans club si lady), bakal tiba-tiba jadi monster beneran? Lirik2 gak ber-Tuhan mah udah dari dulu, bukan cuma lady gaga, dulu ada john lennon dan madonna.”
Lah iya, makanya retsleting yang sudah terbuka kita coba tutup, bukan terus dibiarin kebuka. Kita coba batasi orang-orang yang nyanyi lirik gak ber-Tuhan. Ada yang namanya repetitive power, mengulang informasi yang sama, teruuuus, sampai orang menganggap itu benar, dan yang sebetulnya benar malah menjadi asing. Kita sudah termakan dengan cara macam ini.
TV tidak berhenti menampilkan adegan orang berpacaran, memberi banyak sekali informasi varian cara nembak cewe, doktrinasi malam minggu adalah malam pacaran, puluhan tahun, sampai cara ta’aruf menjadi asing dan seakan-akan Saturday night at home itu gak modern. Sangat penting disadari, bahwa ketika kita nonton TV, kita ada dalam keadaan “Alpha Brain Wave State”, semacam kondisi rileks yang membuat kemungkinan tersugesti lebih besar. Informasi yang salah, kalau diulang terus, bisa menjadi bernilai benar di dalam otak.
Nah, ini juga dilakukan para penyanyi itu. Mereka nyisipin lirik yang asik didengar dan dinyanyikan, padahal maknanya sangat rusak. Seperti john lennon: “Imagine there’s no heaven... no hell below us... No religion too.... Imagine all the people, Living life in peace.” Dia mencoba mengajak free our mind sebebas-bebasnya. Tanpa agama, surga, dan neraka, kita bakal lebih damai. Itu ideology john lennon yang dia coba ulang terus supaya sedikit-sedikit orang ngikutin cara pikir dia. Nanti penyanyi lain nambahin sedikit lagi, repetisi lagi. Lama-lama mereka bisa berhasil. (FYI, The Beattles, ketika di puncak kejayaannya pernah bilang: sekarang fans beatles lbh banyak daripada fans gereja. Pesannya jelas, dia mengajak untuk meninggalkan agama).
Ini yang dikuatirkan oleh Dr. Joe: “Para ahli berpendapat, ketika pikiran sadar menyerap dan memahami pesan-pesan yang terlihat dan terdengar, pikiran bawah sadar bekerja untuk menguraikan pesan-pesan tersembunyi.” (Dr. Joe Stussy, dalam pernyataannya pada kongres Amerika, 1985).
Tentang saweran, video porno youtube, dan koruptor, ya itu memang salah. Tapi apa kita harus membereskan itu semua dulu baru boleh melarang si lady datang? Lagian juga, banyak kok yang sudah mencoba merubah kebiasaan jelek saweran dsb itu tadi. Sambil itu diperbaiki, ini nih ada yang lebih perlu segera dicegah, si lady, makanya perhatian banyak fokus ke sini dulu.
Dalam islam, kita punya kewajiban untuk memperbaiki sesuatu yang salah. Langkah paling bagus adalah memperbaiki dengan tindakan. Kalau gak bisa, maka dengan perkataan. Kalau gak bisa juga, ya minimal hatinya ingkar lah. Saling mengingatkan itu wajib. Jadi gak ada ceritanya nafsi nafsi. Gak ada cerita, “Terserah lu deh, mau ngeganja sambil main cewe di sebelah rumah gue, terserah, yang penting gue sholat, gue baca Quran.” Harus ada pengingkaran, minimal dalam hati.
Mereka yang mencoba melarang datangnya lady gaga adalah mereka yang mencoba mempraktekkan perintah islam itu, sekaligus mereka yang peduli dengan saudaranya. Mereka melakukan pengingkaran tidak hanya dengan hati, tapi tindakan.
Bahwa FPI terkadang melewati batas, itu iya. Tapi kadang-kadang saya suka juga melihat keberanian mereka menggerebek diskotek-diskotek liar. Diskotek yang gak resmi (atau resmi tapi melakukan aktifitas gak resmi), tapi bayar sini situ biar aman, polisi pun jadinya gak berani gerebek, tapi FPI berani. Kalau gak ada FPI, diskotek liar itu mungkin jalan terus. Namun memang perlu perbaikan. Kita semua perlu perbaikan. Tapi tidak harus selesai memperbaiki diri sendiri dulu baru boleh mencoba memperbaiki orang lain, ya kan?