Labels

Senin, 23 Mei 2011

Sepakbola telah wafat

     45x2 sudah digulirkan (kongres), jalannya pertandingan!seru, panas, menegangkan, syarat emosi sekaligus memalukan, yah saya rasa itu yang pantas disebutkan untuk kongres hari jum'at, seharga 2 milyar hasilnya 0 besar, siapa yang harus bertanggungjawab? K-78 langsung serempak menunjuk, KN!, sedangkan mayoritas bangsa ini menunjuk K-78, iya, mereka layak bertanggungjawab atas kekisruhan tersebut sebagaimana mereka perlihatkan dan dipersaksikan jutaan rakyat Indonesia, mereka mengaku sabagai reformis! hmm coba saya runut menurut pandangan saya.
      Semenjak piala AFF berlangsung (bahkan jauh sebelumnya) keinginan rakyat Indonesia untuk Nurdin Halid mundur sangat kuat bahkan mencapai puncaknya setelah kekalahan di final, mereka para pengaku reformis! masih duduk manis menunggu bola mentah, bahkan kongres nasional di Malang yang jelas disokong pemerintah untuk perubahan! mereka masih duduk tenang,  bahkan juga ketika NH dipenjara dan jelas mereka sangat tahu itu melanggar statuta FIFA (seperti yang saat ini mereka agung-agungkan) mereka duduk tenang padahal rakyat sudah mulai menggeliat minta NH turun, memang akhirnya ada beberapa klub menyeberang dengan mengikuti kompetisi lain yang akhirnya membentuk K-78 tapi itu buka berdasarkan untuk menurunkan NH melainkan hanya karena sakit hati dan mendapatkan tawaran yang menggiurkan dari kompetisi lain sedangkan sisanya duduk manis menunggu bola mentah.
     Inilah awal mulanya mereka mengaku reformis, yaitu semenjak yakin NH tidak akan bisa balik lagi kekantor PSSI (sebagai ketua) dan memang kepengurusan NH sudah tidak diakui lagi barulah mereka berkoar-koar, teriak-teriak seolah-olah NH turun oleh karena sebab mereka, wuiih! naifnya, lantas sikap mereka pada kongres jum'at itu sama saja dengan sikap NH yang keukeuh akan jabatanya, seharusnya mereka sadar ini yang seharusnya menjadi reformis adalah rakyat bukan mereka jadi dahulukan kepentingan rakyat adapun mencalonkan GT-AP kan bisa 4 tahun lagi dan seandainya GT-AP legowo seperti Nirwan alangkah harumnya nama mereka bahkan melebihi Nirwan sendiri (karena bagian dari NH) bahkan saya sendiri sempat kuatir seandainya Nirwan bersikeras juga paling tidak sepakbola akan dibawa keranah politik seperti sebelumnya tapi ternyata tidak, ini diluar dugaan saya, saya antipati sebelumnya terhadap Nirwan sekarang saya jadi orang yang sangat simpatik bahkan sekarang saya malah menyayangkan Nirwan mundur dari bursa pemilihan (memang nyatanya harus mundur) tapi saya acungkan dua jempol saya buat Nirwan atas usahanya mencari terobosan untuk pembinaan sepakbola kita, saya harap banyak pengusaha-pengusaha yang bisa mengikuti jejak beliau (andaikan AP-pun sama dengan membeli klub dan membinanya).
    Selamat jalan bangsa yang dulu sangat beradab, bangsa yang penuh toleransi, bangsa yang gemar bergotong-royong, selamat tinggal sepakbola Indonesia, mudah-mudahan anak cucu mu bisa membangun dengan yang lebih baik.
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar