Labels

Jumat, 25 Mei 2012

Titik Rendah Musik

Waktu itu, kalau tidak salah, saya baru selesai kuliah dan ikut pesantren di Jawa Timur. Kami belajar banyak dalil tentang cara kita menjalani hidup, bahwa laki-laki tidak boleh memakai sutra dan emas, bahwa riba itu sungguh jelek, bahwa kita harus berbuat baik pada tetangga walau beda agama, bahwa tidak boleh membicarakan kejelekan orang lain, dan masih banyak lagi.
Tapi ada satu hadits yang membuat saya langsung merinding dan sepertinya keringat dingin. Tiba-tiba hawanya seperti menjadi panas. Hadits ini betul-betul menohok saya. Diriwayatkan dari Abu Daud (4927): Lagu menumbuhkan kemunafikan dalam hati. Deg! Kena banget.
Selama ini saya hidup dengan musik. Belajarpun sering pakai musik. Malah waktu sekolah dulu, saya pengikut setia Prambors Top 40 (lagu berbahasa inggris semua) yang list-nya berubah tiap minggu. Saya tahu semua lagu yang lagi hit. Saya selalu punya liriknya yang dulu saya cari di warnet (waktu itu bahkan saya belum punya email, satu-satunya tujuan ke warnet cuma untuk cari lirik). Teman-teman sering menjadikan saya referensi nyari lirik lagu baru. Saya marah pada Ayah yang memaksa saya mematikan kaset Betrayer, band punk lokal. Saya ikut pensi (pentas seni) dan maju paling depan, ikut moshing!
Sebegitunya sampai-sampai sepertinya saya tidak bisa hidup kalau tidak mendengarkan musik. Munculnya hadits di atas, begitu tajam buat saya. Saya deg-degan setelah hadits itu dibacakan.
Tanpa pikir panjang, setelah pengajian siang itu, saya buka laptop, klik kanan di folder musik, delete! Semua koleksi musik hilang dalam beberapa detik.
Iqbal hidup tanpa musik? Sepertinya tidak mungkin. Tapi saya coba. Setahun, dua tahun, sekarang sudah jalan tahun ketiga saya tanpa menikmati musik. Saya hanya dengar musik yang membuat profokatif positif dan saya sangat hati-hati dengan liriknya. Itupun sangat jarang, lima menit sehari belum tentu.
Fine-fine aja tuh. Tidak ada pegal linu karena tidak mendengarkan musik. Tidak ada kehilangan inspirasi dalam menulis (profesi saya penulis). Semua berjalan seperti biasa. Malah saya merasa lebih produktif karena tidak ada rebahan berjam-jam hanya untuk mendengarkan musik. Tidak ada seharian nongkrong di depan MTV.
Sesekali memang saya terpaksa dengar musik bebas, pas lagi naik angkot yang nyetel musik, pas lagi nonton film/video yang ada backsound musiknya, pas lagi mau bahas sesuatu (seperti membuat tulisan ini) atau yang semacam itulah. Tapi itu tidak banyak, dan tidak dinikmati. Entah kenapa saya tidak berhasrat lagi dengan musik. Saya sangat mensyukuri itu. Melepas musik tidak sesulit yang dibayangkan.
Beberapa waktu kemudian, saya menemukan beberapa dalil lagi yang kontra dengan adanya musik:
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah padanya dengan azab yang pedih.” (QS Luqman 6-7)
Perut yang dipenuhi nanah busuk itu lebih baik daripada dipenuhi syair (Muslim 2257).
Belakangan ini saya semakin antipati dengan musik, setelah mengikuti pembahasan teori konspirasi lewat media, termasuk lewat musik. Mereka itu jahat sekali. Intinya mereka mau menyisipkan ideologi jelek mereka bahwa agama itu tidak perlu. Doktrin-doktrin negatif dimasukkan dalam lirik yang dikemas dengan instrumen yang nyaman sehingga orang menyanyikannya dengan nikmat tanpa peduli dengan liriknya. Saya coba buka beberapa:
N’sync. Lirik dalam salah satu lagunya: We don’t need all these prophecies (kami tidak butuh semua ramalan ini). Tellin’ us what’s a sign (memberitahukan kita tanda-tandanya: akhir zaman). Paranoia ain’t your way (ketakutan bukan cara menjalani hidupmu). So leave your doubt and your fears behind (jadi tinggalkan keraguan dan ketakutanmu di belakang). Don’t be afraid at all (jangan takut sama sekali). Cause up in outer space there’s no gravity to fall (kerena di luar angkasa tidak ada gravitasi yang bisa menjatuhkan). Pesannya: lupakanlah ramalan-ramalan yang cuma nakut-nakutin itu, selamat datang ke dunia tanpa konsekuensi.
Eminem. Dalam lagu Roll Model, liriknya: Follow me and do exactly what the song says (ikuti aku dan lakukan tepat apa yang dikatakan lagu ini). Smoke weed, take pills, drop outta school, kill people and drink (hisaplah ganja, minumlah narkoba, keluarlah dari sekolah, bunuhlah orang, dan mabuklah).
Spice girl. Liriknya: Make your own rules to live by (buatlah aturan sendiri untuk menjalani hidup). Come on do it! (ayo lakukan!).
John Lennon. Propaganda John Lennon dalam lagu berjudul Imagine: Imagine there’s no heaven (bayangkan kalau tidak ada surga). It’s easy if you try (itu mudah jika kamu mencobanya). No hell below us (tidak ada neraka di bawah kita). Above us only sky (di atas kita hanya langit)... No religion too (tidak ada agama juga).
Sebelum kematiannya, John, seperti yang dikutip The Playboy 1980, mengatakan: The whole Beatle idea was to do what you want, right? Do what thou wilst, as long as it doesn’t hurt somebody (semua ide tentang Beatles adalah untuk melakukan apa yang kamu inginkan, kan? Lakukan apa kehendakmu selama itu tidak melukai orang lain).
Kurt Cobain. Katanya, God is guy (gak sanggup nerjemahinnya!). (I will) get stoned and worship satan (aku akan mabuk dan menyembah setan).
Lady gaga. Ini yang lagi heboh belakangan. Gampang nyari lirik dia yang nyeleneh.
Anda salah kalau berpikir, itu kan hanya musik, kalau kita ikut nyanyiin gak mungkin ikut-ikut begitu.
Pernah dengar Professor Masaru Emoto dari Jepang yang meneliti perubahan bentuk molekul air ketika dibacakan kalimat positif dan negatif? Molekul akan berubah menjadi bagus ketika dibacakan kalimat positif, dan sebaliknya. Teori sepertinya juga bisa menjelaskan kenapa kita dilarang bego-bego-in anak kecil (mengatakan “bego lu!” atau semacamnya ke anak kecil), karena otak si kecil akan mengolahnya untuk menjadi seperti yang orang lain katakan. So watch out your mouth!
Satanis Rex Church mengatakan bahwa satanis menggunakan musik sebagai senjata propaganda. “Art... musik... writing....” katanya.
Dr. Joe Stussy, dalam pernyataannya pada kongres Amerika tahun 1985 mengatakan, “Para ahli berpendapat, ketika pikiran sadar menyerap dan memahami pesan-pesan yang terlihat dan terdengar, pikiran bawah sadar bekerja untuk menguraikan pesan-pesan tersembunyi.”
Eminem pernah mengakui bahwa banyak lirik lagunya yang dimaksudkan untuk menekan “tombol” pendengarnya. Di suatu malam, ada yang menelepon 911, namanya Michael Miller (29 tahun), dia mengaku baru saja menusuk putranya 11 x dan membunuh istri dan putrinya. Itu dia lakukan dalam keadaan kesurupan, sadar ketika semuanya telah berlumuran darah. Dia mengaku pada polisi bahwa sebelumnya dia menyanyikan lirik Eminem: Here come satan, I’m the antichrist (Dajjal), I’m going to kill you!
Etcetera... etcetera...
Just be careful with your choices!

Oleh Muhammad Iqbal 
 iqbal_uhuiiyy@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar