I was thinking! |
Berfikir sederhana ternyata tidak mudah. Banyak orang bilang simplicity - simplicity,
atau bermaksud menyederhanakannya, namun pada prakteknya malah kelewat
sederhana. Bukan penyelesaian dan kemudahan yang didapat, justru sebuah
ganjaran baru sebagai akibatnya. Kesulitan. Ketika terselenggara demonstrasi pesawat tempur F-16 yang mutakhir itu,
melihat bara menyala di ekor pesawat, ada yang nyeletuk, "Wah, kalau
ditaruh singkong atau jagung di situ pasti bisa langsung matang, ya?" Maklum, belum sempat mengenal high tech
dengan baik. Emang gampang apa bakar jagung di ekor pesawat? Belum lagi
temperaturnya yang tinggi. Bisa jadi jagungnya langsung; wusss,,, habis
terbakar. Sebatas omong kosong bolehlah. Itu bukan kategori berpikir sederhana, namanya.
Seorang teman bercerita lain lagi, suatu ketika di tahun 60-an, dia berkesempatan naik
ke kapal perang KRI Irian yang pada masa itu sangat dibanggakan. Begitu
kagum ia akan besarnya kapal perang itu, lalu bertanya kepada seorang
pelaut di situ, "Pak, ini kapal kalau dibikin wajan bisa jadi berapa,
ya?" Jawabnya? Teman itu jadi tujuh keliling karena kena tempeleng. Salah tempat, pikiran sederhana bisa membuat cilaka.
Di pagelaran seleksi
Indonesian Idol 2012, yang ditayangkan RCTI setiap jumat malam, juga ada
contoh menarik. Seorang peserta dari Medan, pelayan kedai kopi yang
sederhana, mendapat masalah karena jawabannya yang kelewat sederhana.
Kedua jurinya marah – marah begitu mendengar jawabannya. Pada mulanya si
kontestan menyanyikan sebuah lagu, terus oleh juri ke – 3; yaitu A.
Dhani – distop, “Stop! Cukup, kamu ke Jakarta.” Sontak, si kontestan
kegirangan, dia pikir dia melenggang begitu saja. Lantas 2 juri lainnya,
Anang dan Nina Tamam, menyergap; “Tunggu dulu! Itu baru dari 1 juri, masih ada 2 juri yang lain.” Kontan kontestan terdiam. Lenyaplah harapan, pikirnya.
“Menurutmu, kamu pantas lolos tidak ke Jakarta?” tanya Anang.
“Nggak tahu.... Kan Mas dan Mbak jurinya?” jawab si kontestan. Ternyata jawaban ini membuat marah sang juri.
“Kamu jangan sombong
ya! Jangan berlagak. Menjadi idol tidak boleh begitu,,, bla, bla,,,”. Si
kontestan cengar – cengir. Panjang, walau pada akhirnya meluluskannya juga.
Saya dan istri,
celingukan menahan tawa melihat adegan di atas. Keluguan dan
kesederhanaan kadang malah disalah-artikan oleh pihak lain. Namun
sebenarnya, ada daya tarik tersendiri dengan kontestan yang satu ini.
Karena wajahnya mirip sekali dengan keponakan kami yang lagi belajar di
Malang sana. Maka, kami begitu serius, jangan – jangan masih halak hita. Eh, ternyata bukan.
Lain lagi dengan anak
lelaki saya. Suatu saat dia duduk di meja makan. Mungkin karena terburu
– buru, tanpa sengaja dia menjatuhkan kursi kayu di meja tersebut,
ketika akan meninggalkan meja makan. Akibatnya kursi itu patah salah
satu kakinya. Memang kayunya getas. Jadi mudah patah. Berhubung takut
dimarahi, kalau ketahuan, maka dengan ide sederhananya, dia memasang
kembali kaki kursi yang patah itu. Bukan dengan paku atau lem kayu,
melainkan dengan isolasi bening. Idenya bagus. Dan kaki kursi itu nempel
lagi. Tapi, apalah arti isolasi, yang justru malah akan mencelakakan
orang lain. Memang kaki kursi terpasang seperti sedia kala, tapi menjadi
bahaya kalau diduduki oleh orang lain. Bisa terjatuh karenanya.
Kesederhanaan
berfikir kadang setara dengan tingkat usia dan latar belakang
seseorang. Perlu dilatih dan dilatih terus, melihat dimana dan kapan
sebaiknya mengutarakannya.
Pada akhirnya saya
jadi berpikir, betapa seringnya kita jadi sial karena terlalu sederhana
atau naif berpikir. Kesederhanaan berpikir memang, sering kali
diperlukan, untuk maksud-maksud tertentu. Banyak pula pikiran besar yang
baru bisa dibuat operasional setelah ia terlebih dahulu disederhanakan. Mau contoh?
Lihatlah 5 Bab.
Istilah ini meluncur dari seorang ulama yang faqih. Mampu
menyederhanakan masalah yang besar sehingga mudah dipahami dan
dilaksanakan. Dari atas sampai bawah. Dari yang ngaku pinter, sampai yang mengaku bodoh. Yang modern maupun kolot. Sekian
banyak hukum dan syariat, dirangkum dengan 5 Bab. Maka tak ayal lagi
banyak yang tidak terima karenanya. Bukan karena
salah, bukan? Bukan karena bid’ah, bukan? Sebenarnya karena ini; kenapa
bukan mereka yang menelorkannya? Kalah langkah, metode dan hasil
dipermasalahkan. Iri tanda tak mampu.
Berfikir sederhana,
sebenarnya sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Sabdanya singkat. Tak berbelit. Tapi dalam dan penuh makna - mencukupi. Rasulullah SAW bersabda; “Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah dengan baik, jangan menyebabkan orang lari menjauh.” (HR. Al-Bukhari) Dan berfikir sederhana, bertingkah sedernana, termasuk di dalamnya. Sadar atau tidak. Mau atawa menolak.
Satu di antara anekdot favorit saya masalah simplicity ini adalah kisah potlot. Semua orang tahu apa itu potlot. Alat tulis yang dikenal sejak dulu. Jaman kakek – nenek. Alias pencil. Konon,
ketika NASA memulai program ruang angkasanya, mereka menemukan bahwa
bolpoin tak bisa digunakan dalam situasi gravitasi nol. Setelah 10 tahun
riset, menghabiskan uang banyak,
ilmuwan NASA menemukan bolpoin yang bisa digunakan untuk menulis di
lingkungan gravitasi nol, dalam keadaan terbalik. Baik di dalam air, di
setiap permukaan, maupun di gelas. Pena ajaib ini bisa dipakai di
temperatur beku hingga 300 derajat celsius. Ironisnya,
Rusia, ketika mengalami masalah yang sama, tak menempuh jalan jelimet
seperti Amerika. Dan tak mengeluarkan banyak budget. Mereka cukup
memakai potlot. Urusan beres.
Keep It Simple Stupid (KISS)
adalah slogan untuk menghargai indahnya berpikir sederhana. Boleh jadi
‘berpikir sederhana’ menjadi lebih sulit dibandingkan ‘berpikir rumit’.
Berpikir sederhana memerlukan
‘keberanian’, pemahaman terhadap masalah yang lebih baik, dan
kreatifitas tinggi. Kebanyakan orang dilatih di sekolah untuk menjadi
semakin canggih,
dan berpikir dengan cara yang semakin rumit. Jadi, sadarkah kita?
Sekarang mulailah sebelum terhambat. Dan jika kesulitan memulainya, tengoklah barisan kata berikut. "Berpikirlah sederhana. Masalah di dunia ini tak lebih dari masalah sederhana yang ditunda
- tunda penyelesaiannya." Setuju?
SAPMB JKH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar