Labels

Rabu, 14 Maret 2012

Sederhana

I was thinking!
Berfikir sederhana ternyata tidak mudah. Banyak orang bilang simplicity - simplicity, atau bermaksud menyederhanakannya, namun pada prakteknya malah kelewat sederhana. Bukan penyelesaian dan kemudahan yang didapat, justru sebuah ganjaran baru sebagai akibatnya. Kesulitan. Ketika terselenggara demonstrasi pesawat tempur F-16 yang mutakhir  itu, melihat bara menyala di ekor pesawat, ada yang nyeletuk, "Wah, kalau ditaruh singkong atau jagung di situ pasti bisa langsung matang, ya?" Maklum, belum sempat mengenal high tech dengan baik. Emang gampang apa bakar jagung di ekor pesawat? Belum lagi temperaturnya yang tinggi. Bisa jadi jagungnya langsung; wusss,,, habis terbakar. Sebatas omong kosong bolehlah. Itu bukan kategori berpikir sederhana, namanya.
 
Seorang teman bercerita lain lagi, suatu ketika di tahun 60-an, dia berkesempatan naik ke kapal perang KRI Irian yang pada masa itu sangat dibanggakan. Begitu kagum ia akan besarnya kapal perang itu, lalu bertanya kepada seorang pelaut di situ, "Pak, ini kapal kalau dibikin wajan bisa jadi berapa, ya?" Jawabnya? Teman itu jadi tujuh keliling karena kena tempeleng. Salah tempat, pikiran sederhana bisa membuat cilaka.
 
Di pagelaran seleksi Indonesian Idol 2012, yang ditayangkan RCTI setiap jumat malam, juga ada contoh menarik. Seorang peserta dari Medan, pelayan kedai kopi yang sederhana, mendapat masalah karena jawabannya yang kelewat sederhana. Kedua jurinya marah – marah begitu mendengar jawabannya. Pada mulanya si kontestan menyanyikan sebuah lagu, terus oleh juri ke – 3;  yaitu  A. Dhani – distop, “Stop! Cukup, kamu ke Jakarta.” Sontak, si kontestan kegirangan, dia pikir dia melenggang begitu saja. Lantas 2 juri lainnya, Anang dan Nina Tamam, menyergap; “Tunggu dulu! Itu baru dari 1 juri, masih ada 2 juri yang lain.” Kontan kontestan terdiam. Lenyaplah harapan, pikirnya.
“Menurutmu, kamu pantas lolos tidak ke Jakarta?” tanya Anang.
“Nggak tahu.... Kan Mas dan Mbak jurinya?” jawab si kontestan. Ternyata jawaban ini membuat marah sang juri.
“Kamu jangan sombong ya! Jangan berlagak. Menjadi idol tidak boleh begitu,,, bla, bla,,,”. Si kontestan cengar – cengir. Panjang, walau pada akhirnya meluluskannya juga.
 
Saya dan istri, celingukan menahan tawa melihat adegan di atas. Keluguan dan kesederhanaan kadang malah disalah-artikan oleh pihak lain. Namun sebenarnya, ada daya tarik tersendiri dengan kontestan yang satu ini. Karena wajahnya mirip sekali dengan keponakan kami yang lagi belajar di Malang sana. Maka, kami begitu serius, jangan – jangan masih halak hita. Eh, ternyata bukan.
 
Lain lagi dengan anak lelaki saya. Suatu saat dia duduk di meja makan. Mungkin karena terburu – buru, tanpa sengaja dia menjatuhkan kursi kayu di meja tersebut, ketika akan meninggalkan meja makan. Akibatnya kursi itu patah salah satu kakinya. Memang kayunya getas. Jadi mudah patah. Berhubung takut dimarahi, kalau ketahuan, maka dengan ide sederhananya, dia memasang kembali kaki kursi yang patah itu. Bukan dengan paku atau lem kayu, melainkan dengan isolasi bening. Idenya bagus. Dan kaki kursi itu nempel lagi. Tapi, apalah arti isolasi, yang justru malah akan mencelakakan orang lain. Memang kaki kursi terpasang seperti sedia kala, tapi menjadi bahaya kalau diduduki oleh orang lain. Bisa terjatuh karenanya. Kesederhanaan berfikir kadang setara dengan tingkat usia dan latar belakang seseorang. Perlu dilatih dan dilatih terus, melihat dimana dan kapan sebaiknya mengutarakannya.
 
Pada akhirnya saya jadi berpikir, betapa seringnya kita jadi sial karena terlalu sederhana atau naif berpikir. Kesederhanaan berpikir memang, sering kali diperlukan, untuk maksud-maksud tertentu. Banyak pula pikiran besar yang baru bisa dibuat operasional setelah ia terlebih dahulu disederhanakan. Mau contoh?
 
Lihatlah 5 Bab. Istilah ini meluncur dari seorang ulama yang faqih. Mampu menyederhanakan masalah yang besar sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan. Dari atas sampai bawah. Dari yang ngaku pinter, sampai yang mengaku bodoh. Yang modern maupun kolot. Sekian banyak hukum dan syariat, dirangkum dengan 5 Bab. Maka tak ayal lagi banyak yang tidak terima karenanya. Bukan karena salah, bukan? Bukan karena bid’ah, bukan? Sebenarnya karena ini; kenapa bukan mereka yang menelorkannya? Kalah langkah, metode dan hasil dipermasalahkan. Iri tanda tak mampu.
 
Berfikir sederhana, sebenarnya sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sabdanya singkat. Tak berbelit. Tapi dalam dan penuh makna - mencukupi. Rasulullah SAW bersabda; Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah dengan baik, jangan menyebabkan orang lari menjauh. (HR. Al-Bukhari) Dan berfikir sederhana, bertingkah sedernana, termasuk di dalamnya. Sadar atau tidak. Mau atawa menolak.
 
Satu di antara anekdot favorit saya masalah simplicity ini adalah kisah potlot. Semua orang tahu apa itu potlot. Alat tulis yang dikenal sejak dulu. Jaman kakek – nenek. Alias pencil. Konon, ketika NASA memulai program ruang angkasanya, mereka menemukan bahwa bolpoin tak bisa digunakan dalam situasi gravitasi nol. Setelah 10 tahun riset, menghabiskan uang banyak, ilmuwan NASA menemukan bolpoin yang bisa digunakan untuk menulis di lingkungan gravitasi nol, dalam keadaan terbalik. Baik di dalam air, di setiap permukaan, maupun di gelas. Pena ajaib ini bisa dipakai di temperatur beku hingga 300 derajat celsius. Ironisnya, Rusia, ketika mengalami masalah yang sama, tak menempuh jalan jelimet seperti Amerika. Dan tak mengeluarkan banyak budget. Mereka cukup memakai potlot. Urusan beres.
 
Keep It Simple Stupid (KISS) adalah slogan untuk menghargai indahnya berpikir sederhana. Boleh jadi ‘berpikir sederhana’ menjadi lebih sulit dibandingkan ‘berpikir rumit’. Berpikir sederhana memerlukan ‘keberanian’, pemahaman terhadap masalah yang lebih baik, dan kreatifitas tinggi. Kebanyakan orang dilatih di sekolah untuk menjadi semakin canggih, dan berpikir dengan cara yang semakin rumit. Jadi, sadarkah kita?
 
Sekarang mulailah sebelum terhambat. Dan jika kesulitan memulainya, tengoklah barisan kata berikut. "Berpikirlah sederhana. Masalah di dunia ini tak lebih dari masalah sederhana yang ditunda - tunda penyelesaiannya." Setuju?
 
SAPMB JKH
 
pf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar